Shattered Glass adalah sebuah film yang bercerita mengenai seorang jurnalis muda yang bekerja di suatu majalah terkemuka di New York, New Republic. New Republic sangat terkenal, sejak pertama kali berdiri tahun 1914,
Tokoh utama film ini adalah Stephen Glass yang diperankan dengan apik oleh Hayden Christensen. Lewat perannya ini, ia menjalankan peran sebagai seorang jurnalistik cerdas, yang baru bekerja untuk New Republic. Awalnya ia terlihat menjalankan pekerjaan dengan baik, namun konflik dimulai sejak editornya, Michael Kelly diganti dengan jurnalis lain yang dianggap kurang kompeten, Chuck Lane.
Menjadi wartawan di new Republic sangatlah sibuk, gajinya kecil, jadwal ketat, namun Stephen Glass sangat menikmatinya karena ia senang jika membayangkan tulisannya akan dibaca oleh orang-orang terkenal, contohnya Presiden. Kesenangan Stephen Glass ini tidak dijalankan secara seimbang. Ia asal menulis, demi popularitas, terkadang ia mengarang suatu kejadian, bahkan beberapa berita yang ia tulis merupakan satu kebohongan. Pada akhir film, akhirnya terkuak bahwa selama ini Stephen Glass adalah seorang jurnalis yang tidak menulis berdasarkan kebenaran.
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata dari Stephen Glass. Kini ia menjadi seorang novelis, dan salah satu buku karangannya adalah The Fabulist, yang menceritakan pengalamannya sendiri sebagai seorang jurnalis yang menulis suatu kebohongan demi popularitas. Lewat pengalaman nyata inilah kita dapat memetik pelajaran, bahwa seorang jurnalis harus menyampaikan kebenaran, dan agar pembaca dapat tahu bahwa berita yang ditulis itu adalah suatu kenyataan, paling bagus adalah mencantumkan foto agar pembaca dapat melihat kejadian sebenarnya.
ANALISA FILM SHATTERED GLASS
DIKAITKAN DENGAN KODE ETIK WARTAWAN INDONESIA
Dalam buku Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan oleh Eni Setiati, dijelaskan mengenai tujuh butir Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) secara jelas. Berikut analisisnya dikaitkan dengan film Shattered Glass:
Masyarakat perlu diberi informasi yang sifatnya faktual dan jelas sumbernya. Stephen Glass dalam film ini telah melanggar KEWI pertama ini. Ia tidak menjelaskan fakta, ia memberikan berita yang tidak jelas sumbernya, dan belum jelas kebenarannya.
Stephen Glass memperoleh informasinya tidak berdasarkan tata cara yang etis, karena beberapa beritanya merupakan berita yang ia karang sendiri, bahkan beberapa sumber beritanya juga merupakan sumber berita karangannya sendiri.
Wartawan sebaiknya, dalam melaporkan dan menyiarkan informasi perlu meneliti kembali kebenaran informasi. Stephen Glass tidak meneliti kembali informasi yang ia peroleh. Beberapa informasi yang ia dengar dari mulut ke mulut bisa ia kembangkan sendiri menjadi suatu berita yang sifatnya palsu, karena tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam film Shattered Glass, wartawan-wartawan new Republic telah berusaha menjalankan fungsi ini sebaik mungkin. Sayangnya Stephen Glass sebagai wartawan telah melanggarnya. Ia telah menyiarkan informasi yang bersifat dusta.
Wartawan
Wartawan
Stephen Glass sangat melanggar KEWI terakhir ini. Bagaimana mungkin Stephen Glass mencabut dan meralat kekeliruan dalam beritanya jika ia dengan sengaja memasukkan berita yang sifatnya palsu ke dalam majalah New Republic? Bahkan ketika majalah Forbes sebagai publik bertanya mengenai keakuratan berita “Hack Heaven” yang dibuat Stephen Glass, Stephen melayani hak jawab tersebut dengan jawaban-jawaban palsu, yang ia karang sendiri, akibatnya Stephen Glass terpaksa berbohong semakin banyak demi menutupi kebohongan-kebohongan sebelumnya.
ANALISA 9 ELEMEN JURNALISME
DIKAITKAN DENGAN FILM SHATTERED GLASS
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran:
Stephen Glass sebagai tokoh utama film Shattered Glass telah melanggar prinsip utama dari elemen jurnalisme. Berita yang ia sampaikan pada masyarakat tidak didasarkan pada kebenaran. Tiap berita yang ia angkat selelu memiliki suatu kebohongan, bahkan ada berita yang keseluruhan isinya merupakan karangannya sendiri.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat:
Isi berita yang benar tidak boleh memihak pada suatu organisasi, jadi media harus dapat mengatakan dan menjamin kepada audiences-nya bahwa liputan itu tidak diarahkan demi kawan dan pemasang iklan. Media wajib memelihara kesetiaan kepada warga masyarakat dan kepentingan publik yang lebih luas di atas yang lainnya. Stephen Glass banyak mengarang informasi yang ia masukkan pada beritanya, dan ini merupakan bukti bahwa ia sebagai jurnalis New Republic tidak mengutamakan kepentingan masyarakat, ia lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, asal membuat suatu berita yang menarik demi mengangkat popularitasnya.
3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi:
Dalam mencari informasi, seorang wartawan harus bekerja secara profesional, memakai metode disiplin profesional untuk memverifikasikan informasi. Jadi wartawan perlu mencari berbagai saksi, menyingkap sebanyak mungkin sumber, atau bertanya pada berbagai pihak untuk komentar, demi mengisyaratkan adanya standar yang profesional. Dalam film Shattered Glass, Stephen Glass telah membuat banyak berita yang ditulis tidak berdasarkan sumber manapun. Ia tidak bekerja dengan professional, hanya memanfaatkan pikiran dan intuisinya saja. Stephen Glass merasa pikirannya sudah cukup cerdas untuk membuat suatu berita yang menarik, menghibur, dan layak dibaca masyarakat tanpa peduli pada kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak mencari saksi, tidak menyingkap berbagai sumber, dan bekerja sendiri tanpa bertanya pada berbagai pihak untuk komentar.
4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput:
Kebebasan adalah syarat dasar dari jurnalisme. Ia menjadi sebuah landasan dari kepercayaan. Namun apabila kebebasan tersebut tidak dijalankan dengan seimbang bersama kejujuran, maka kepercayaan itu tidak akan muncul. Stephen Glass sangat memegang prinsip kebebasan ini, namun bukan kebebasan dari sumber yang ia liput. Bahkan dalam beberapa beritanya, ia tidak memiliki sumber sama sekali. Stephen Glass membuat beritanya dari campuran informasi-informasi sepenggal yang ia peroleh dari mulut ke mulut dan kemampuannya untuk berimajinasi. Ia begitu lihai dalam mengarang cerita, ia membuat berita demi popularitas, demi rasa puas apabila pembaca menikmati tulisannya. Akhirnya prinsip kebebasan ini diartikan berbeda oleh Stephen Glass. Ia benar-benar bebas dalam menuliskan informasi untuk New Republic. Ia merasa berhak untuk bebas bereksperimen, mencampuradukkan fakta dengan dunia khayalannya, ia merasa memiliki kebebasan total sebagai seorang wartawan terhadap sumbernya, entah sumber itu benar-benar ada atau hanya majinasi.
5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap kekuasaan:
Wartawan bertugas sebagai orang yang memantau keadaan sekitarnya, baik dari segi sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Tugas mulia ini tidak boleh dibatasi oleh kekuasaan. Misalnya wartawan suatu majalah mengekspos kasus kejahatan Pesiden yang pada kenyataannya benar-benar terjadi, maka kekuasan Presiden tersebut tidak boleh ia manfaatkan untuk menghancurkan organisasi majalah tersebut, karena memang tugas wartawan adalah sebagai pemantau yang bebas.
Stephen Glass dalam film ini telah menjalankan tugasnya sebagai pemantau yang bebas, bahkan mungkin terlalu bebas. Ia memantau sekitarnya tanpa melihat batas kebebasan, ia telah melanggarnya. Stephen Glass menuliskan apapun yang tidak ada pada kenyataan, mengarang keseluruhan berita agar tidak ada pihak yang protes. Untuk apa protes kalau berita yang ditulis tidak berhubungan dengan seseorang yang benar-benar nyata? Tidak ada yang menjadi korban dari tulisan Stephen, tidak ada yang dirusak nama baiknya, sebab orang yang Stephen tulis tidak benar-benar ada. Akibatnya tugas Stephen sebagai wartawan yang seharusnya memantau dengan bebas tidak berhasil ia jalankan, sebab ia hanya memantau sesuatu yang tidak pernah ada.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik:
Oranisasi New Republic telah menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik. Dalam hal ini, Majalah Forbes yang mempertanyakan tentang kebenaran informasi “Hack Heaven” yang ditulis oleh Stephen Glass adalah termasuk publik. Dalam menanggapi pertanyaan dari pihak Forbes, Chuck Lane sebagai editor New Republic telah merespon dengan sangat baik dan penuh tanggung jawab. Pada akhir film, saat Chuck Lane benar-benar menyadari kesalahan jurnalisnya, ia tidak berusaha menutup-nutupi atau menambah kebohongan pada Forbes, ia dengan berani memecat wartawannya itu, walau dengan resiko, wartawan-wartawan lain yang menyukai Stephen Glass akan marah dan mengundurkan diri.
Disini kita bisa melihat, bahwa forum untuk kritik dan komentar publik sangatlah bermanfaat demi mengungkap suatu kebenaran. Film Shattered Glass ini telah menunjukkan bagaimana forum ini sangat berguna, sehingga pada akhirnya
Demi menjaga loyalitas pembaca pada media yang mereka baca, suatu media harus bisa membuat informasi yang penting menjadi menarik untuk dibaca, dengan tujuan mencerahkan para pembacanya. Jika suatu informasi yang penting ditulis tanpa ada hal yang menarik di dalamnya, otomatis informasi tersebut tidak akan diterima dengan baik oleh pembacanya.
Sephen Glass sangat lihai dalam membuat suatu berita menjadi menarik dan relevan, namun sayangnya, berita-berita yang ia buat menarik itu bukanlah berita-berita yang penting. Dan yang lebih riskan, beberapa di antara berita-berita tersebut adalah suatu karangan / miss representasi. Akibatnya berita itu hanya dibaca, menarik hati si pembaca, namun pada akhirnya berita itu tidak akan mencerahkan pikiran pembaca sama sekali, sebab berita itu tidaklah nyata.
Prinsip di sini adalah “jurnalisme adalah suatu bentuk dari kartografi”. Ia menciptakan sebuah peta bagi warga masyarakat guna menentukan arah kehidupan. Apabila berita itu tidak proporsional, hal-hal yang penting dihilangkan, demi sensasi menggelembungkan suatu peristiwa, mengabaikan sisi-sisi lain, stereotip atau bersikap negatif secara tidak imbang, akan membuat peta menjadi kurang dapat diandalkan.
Dalam film Shattered Glass, Stephen Glass sebagai seorang wartawan telah mengacaukan peta tersebut. Hal-hal yang penting sangat ia minimalkan, kemudian ia menggelembungkan informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya demi sensasi. Contohnya dalam kasus “Hack Heaven”, Stephen hanya mendengar sekilas saja mengenai kasus tersebut, bisa saja itu hanya bualan seseorang. Namun karena ia meganggapnya menarik dan dapat memunculkan sensasi, Stephen dengan cepat mengembangkan khayalannya tentang informasi itu, kemudian menuliskannya untuk majalah New republic. Akibatnya, pembaca dapat disesatkan pikirannya, peta informasi yang mereka peroleh sangat salah, sangat tidak seimbang, dan sangat tidak nyata.
Setiap wartawan harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab. Apabila seorang wartawan tahu ada suatu informasi yang tidak beres, ia harus berani menyuarakan perbedaan pendapat dengan rekan-rekannya.
Di dalam film Shattered Glass, ada banyak wartawan yang tidak berani menyuarakan suara hatinya. Di akhir film, Caitlin Avey yang protes kepada
I found this articles will useful for some of you
that start learning about Journalistic..^^
saya dapet tugas yang persis kaya beginian :D haha,, makasih
ReplyDeletewah blog nya keren, setuju dg isinya.
ReplyDeletehidup jurnalis!
gimana cara.y untuk download film.y..???
ReplyDeletetolong d'replay dong..
ReplyDeletepenting soal.y..!!!