Powered By Blogger

September 16, 2009

Mempelajari Sejarah Arek-Arek Suroboyo Melalui Museum 10 November

.
.


SURABAYA
, 9/9/2009. Monumen Tugu Pahlawan yang terletak di Surabaya merupakan salah satu tempat dimana bangsa Indonesia, terutama masyarakat Surabaya sendiri, dapat mempelajari perjuangan para pejuang pada masa-masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pada tanggal 9 September 2009, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi dari Universitas Kristen Petra berkunjung ke Tugu Pahlawan untuk mengobservasi sekaligus mewawancara orang-orang yang memiliki hubungan dengan Tugu Pahlawan.



Berbicara tentang Tugu Pahlawan, tentu saja ada 2 museum besar yang patut diperhatikan, yaitu Museum Tugu Pahlawan dan Museum 10 November. Dibangun dengan ketinggian 7 meter di atas permukaan tanah, Masyarakat tidak menyadari bahwa ada museum di Tugu Pahlawan, “Sebelum SMA saya tidak pernah tahu ada museum Tugu Pahlawan. Saya mulai tahu tentang museum ini dimulai dari SMA dulu waktu saya dapat tugas dari sekolah untuk mengobservasi tempat ini dan untuk menulis tugas-tugas yang diberikan.” Ujar Ricky Tanudjaja (19) yang sedari kecil sudah tinggal di Surabaya. Pendapat yang sama juga diucapkan oleh Klarensius Ade Rianto (19), pengunjung dari Museum 10 November, ia berkata, “Saya asli orang Surabaya, tinggal di Pondok Chandra. Saya masih baru pertama kali, sebelumnya saya belum pernah ke Tugu Pahlawan.”


Melalui opini tersebut, dapat dilihat adanya kekurangan dalam proses sosialisasi Tugu Pahlawan, padahal museum 10 November yang terletak di dalam Tugu Pahlawan memiliki hal-hal menarik untuk diamati. “Yang menarik dari sini adalah peninggalan-peninggalan yang terkesan kuno dan kental dengan sua
sana Kemerdekaan.” Ujar Leon (19) sebagai pengunjung dari Museum 10 November, Ria Vinesha Wibisono (18) sesama pengunjung museum juga berkata, “Yang menarik bagi saya adalah senjata-senjatanya disini yang sangat lengkap dan sangat tua sekali, karena saya tidak pernah melihat senjata-senjata setua ini, terutama yang di bagian bazooka di situ…"


Selain menarik, pengunjung Museum 10 November juga dapat belajar banyak hal disini, seperti diucapkan oleh Livita Wijaya (18), ”Saya jadi lebih mengetahui tentang Surabaya karena disini juga ada penjelasan tentang awalnya Surabaya, jadi bisa lebih tahu tentang sejarah-sejarah”. Pendapat berbeda diucapkan oleh Leon, “ Saya mempelajari usaha Bangsa Indonesia pada w
aktu memperebutkan kemerdekaan, cerita-cerita tentang kemerdekaan, dan peninggalan-peninggalan sejarahnya.” Dengan lebih spesifik lagi, Ricky Tanudjaja menjelaskan, “Kalau saya bilang, dari semuanya itu kita bisa melihat pengorbanan arek-arek Suroboyo untuk mempertahankan bangsa Indonesia. Ya, dulu senjatanya kan masih bambu runcing, jadi kita bisa lihat itu sebagai suatu perjuangan. Bambu runcing melawan senjata-senjata dari Belanda."


Pengunjung Tugu Pahlawan sendiri selain belajar banyak, juga antusias terhadap benda-benda bersejarah di museum. “Banyak yang menarik, yang paling saya suka adalah foto-foto di museum. Saya suka ini karena saya jadi teringat waktu pahlawan kita ini susah memperjuangkan kemerdekaan untuk bebas dari penjajahan Belanda.”
Ujar Klarensius Ade Rianto ketika ditanya perihal hal paling menarik dari museum. Selain itu, pengunjung banyak yang menggemari senjata-senjata dari masa perang, seperti yang diucapkan Livita Wijaya dan Ria Vinesha, ”Ada yang paling menarik bagi saya, yaitu senjatanya. Karena senjatanya jarang kita temui, jadi saya baru tahu ya dari sini. Selain senjata saya juga suka patung bertuliskan ’Merdeka Atau Mati’.” Monumen-monumen juga sangat menarik untuk diamati, ”Kalau saya bilang Monumen dari Hotel Yamato yang paling menarik. Itu yang sekarang adalah Hotel Majapahit, karena disana bangsa-bangsa Indonesia mau mempertahankan benderanya sehingga Ia melawan sekutu dengan merobek bendera Belanda dan diganti dengan bendera Indonesia.” ujar Ricky Tanudjaja perihal hal paling menarik dari museum 10 November.


Lewat kunjungan pada tanggal 9 September 2009 ini, para mahasiswa dan pengunjung mengaku suka melihat-lihat isi museum dan berniat untuk kembali datang ke museum di waktu mendatang. ”Saya suka, lain kali boleh saya datang lagi ke sini.”ujar Klarensius, pernyataan yang sama juga diuc
apkan oleh Leon, ”Oh, tentu. Lain kali saya akan datang lagi.”


Melalui kunjungan ini, banyak hal diamati dan dipelajari, banyak hal bisa menarik hati para pengun
jung. Tentunya di era modern ini kita juga harus meneruskan perjuangan para Pahlawan untuk menyukseskan pembangunan Nasional, seperti yang diutarakan Klarensius Ade Rianto, ”Kita yang hidup sekarang bisa berjuang dengan belajar banyak dan tidak malas, dan kedua kita mempertahankan inventaris kita, seperti museum ini. Jadi orang-orang, masyarakat Indonesia ini bisa ingat, dulu betapa susahnya penderitaan di Indonesia ini.”


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, jangan malu-malu...