Powered By Blogger

December 26, 2008

SCTV... Satu Untuk Semua...

Kalo kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen petra...

Mau ga mau, kita mesti perhatiin deh salah 1 media,

entah itu Koran Jawa Pos, KOMPAS, Metro TV, Trans TV, TvONE (Huh!), dll...

Dan entah kenapa, padahal gue ga demen2 amat nonton yang satu ini...
Semester pertama gue di Fikom,

serasa gue jadi tambah deket ama yang namanya SCTV...

Pertama, Tugas PR (Public Relations / Humas) dari Bu Prida yang baik hati...
tentukan Corporate Identity?? Humm... Entah kenapa, aq dan kelompokku memilih SCTV, Serasa ini yang paling masuk akal... walau setelah melalui beberapa perdebatan seru (Ya ga seru2 amat sih) tentang mau pake produk Aqua, Oreo, Bank apa gitu... Yamaha ato Suzuki, emboh lha yoo!! Akhirnya pilihan riset kita jatuh pada SCTV.

Berikut liputannya...

(Saya sarankan tak perlu dibaca jika anda bukan jurusan Ilmu Komunikasi, atau anda akan mati bosan)


Tugas Pengantar PR

COORPORATE IDENTITY


SCTV

Surya Citra Televisi


Pada awalnya, SCTV merupakan singkatan dari ‘Surabaya Centra Televisi’, dan merupakan pusat dari pertelevisian di Surabaya pada tahun 1990. Saat itu, SCTV hanya mengudara di Surabaya, Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Pasuruan, dan Bangkalan. Namun Sejak tahun 1991, SCTV meluas ke Surakarta dan Bali, dan akhirnya berganti menjadi ‘Surya Citra Televisi’.

Dari tahun 1991 sampai 2004, SCTV memiliki suatu loggo matahari yang hendak bersinar, atau sunrise, dengan motto: “SCTV NGETOP!”, Namun kemudian, pada tahun 2005, SCTV melakukan kampanye untuk merubah identitasnya. Kampanye ini dilakukan dengan cara mengganti loggo perusahaan dan mottonya. SCTV mengganti loggo sunrise-nya dengan matahari yang telah terbit sepenuhnya, dan mottonya berganti menjadi: “SCTV, SATU UNTUK SEMUA”, perubahan ini dilakukan untuk mengganti pandangan masyarakat dari SCTV sebagai suatu stasiun televisi yang masih baru, menjadi stasiun televisi yang telah siap dan bekerja secara profesional. Matahari yang telah di atas menggambarkan bahwa SCTV telah maju, profesional, dan siap bersaing secara sehat dengan sasiun-stasiun televisi lainnya di Indonesia. Motto “SCTV, SATU UNTUK SEMUA” menggambarkan, bahwa SCTV memiliki program yang bervariasi dan dapat dinikmati oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, baik untuk laki-laki, maupun perempuan.


Activity and Campaign

Aktivitas artinya segala bentuk kegiatan, jadi tingkah laku apapun yang dilakukan seseorang adalah aktivitas. Jadi aktivitas menggambarkan suatu pola kegiatan yang luas, sebab apapun yang bergerak itu dinamakan aktivitas (Contohnya aktivitas pemerintahan, aktivitas organisasi, aktivitas matahari, aktivitas perputaran bumi, aktivitas gunung berapi, dsb…). Sedangkan kampanye, itu merupakan penyempitan makna dari aktivitas. Sebab kampanye merupakan bagian dari aktivitas, Namun tidak mencakup keseluruhan kegiatan.

Kampanye adalah suatu aktivitas berupa koordinasi yang khusus di desain dan bertujuan untuk mencapai suatu gol yang spesifik. Atau tujuan yang telah ditetapkan untuk menggerakkan suatu organisasi supaya lebih maju dalam jangka waktu yang panjang sesuai dengan misi awal yang telah ditetapkan. Kampanye di desain untuk menyelesaikan masalah, untuk membenarkan atau memperbaiki situasi. Tujuan kampanye adalah untuk mengubah perilaku, dengan cara mengganti hukum atau peraturan-peraturan agar suatu organisasi dapat menjadi organisasi yang lebih sukses. “Campaign are series of planned activities with a particular aim: an advertising”


Campaign VS PR Process

Sebenarnya tujuan dari kampanye sendiri tidak berbeda dengan salah satu aktivitas PR, yaitu advertising. Dimana apabila kampanye suatu perusahaan dijalankan, tentu perusahaan itu bertujuan untuk menaikkan pamornya dengan memperbagus namanya di mata masyarakat. Tujuan advertising sendiri hampir sama, yaitu untuk memperkenalkan namanya kepada masyarakat dan memberikan kesan yang baik. Bahkan kampanye juga sama dengan advertising, membeli tempat dan waktu. Kampanye dan advertising dapat sama-sama dilakukan lewat membeli beberapa menit di televisi atau radio, kolom pada surat kabar, lewat poster-poster atau spanduk-spanduk di pinggiran jalan, dan lain-lain. Jadi sebenarnya, kampanye itu juga merupakan bagian dari aktivitas PR.

TAMAT!

Hhhhh...Hhhhh...Hhhhh... (Menggos2 bacanya)

Yak, kita sudahi saja segala percakapan tantang SCTV...

Hari itu hari kamis yang hangat, saya berjalan dengan perasaan lega, bahagia, menuju kelas Dasar-Dasar jurnalistik.
Melewati hangatnya kota Surabaya, saya disambut dengan sejuknya AC ruang kelas Bu Fanny Lesmana.
hari itu, seperti biasa, Bu Fanny menyuguhkan suguhan pendidikan penuh ekspresi.
Kami sekelas dipuaskan dengan pertunjukan yang tidak mengecewakan dan lelucon berpendidikan yang aman, tajam, dan terpercaya...

Setelah pelajaran mau selesai, tiba-tiba seseorang mengucapkan kata-kata laknat ini…

"Bu, kapan kita studi ke luar?"
Bu fanny: Oh ya? mau ta? Ayok. Kapan bisanya?

Sekelas mulai berunding, ada yang diam saja menanti keputusan, ada yang berdiskusi karena memang dibutuhkan, ada yang tidak tahu harus berkata apa, namun tetap berbicara agar terlihat pintar.

Bu Fanny: Ya wes, klo ma studi ke luar buat dasjur, ya harus sampe tempat jam 05:30.


And in my heart I said


Oh

My

God

...


Perlu pembaca ketahui, saya adalah, seperti 80% penduduk dunia, seorang pengidap insomnia yang tidak akan bisa terlelap kalau belum pukul 1 pagi... biasanya saya tidur jam 2... Untung2 saya tidak terkapar saat mengikuti jam kuliah yang pukul 07:30... Hahahahahahahahaha!! Bu Fanny iki pasti guyon! Hahahahahahahahaha, lucu... Lucu...


Sekelas juga terkejut: Hah? Jam segitu?? (Bisik2)


Bu Fanny: ya iya, soalnya jam segitu itu saat proses produksi baru akan dijalankan, mereka baru mulai semua, saat itu kita bisa belajar banyak.


Oh no... She’s not joking... I guess...


Bu Fanny: Sekarang saya tanya, karena saya ga mau ada yang melakukan studi keluar ini dengan ga suka atau terpaksa. Yang merasa keberatan silahkan angkat tangan.


Leganya akan ada option lain bagi saya, apa salahnya jujur?

Dengan yakin ku angkat tanganku, cepat dan lurus ke depan, dan segera kusesali sedetik kemudian saat menyadari hanya aku yang mengangkat tangan... Ku turunkan tanganku, tapi semua sudah terlambat...


Bu Fanny: (Entah kenapa terasa mengancam) Cuma Johansen? Yang lain oke? Begini, saya rasa kalian sudah cukup dewasa untuk menentukan mana yang benar dan mana yang tidak, jadi saya tidak akan menanyakan alasanmu, Johansen. Tapi perlu kalian ingat, saya bukan dosen yang agu-ragu untuk memberi nilai 0 (Nol-nya dengan suara keras), jadi jangan salahkan saya kalau nilai tugasmu nol.


Saya mengangguk dengan ekspresi pahit. Jadi itu bukan option... Itu jebakan! Kalau memang bakal dapat nilai 0 kalau tidak ikut, ngapain ditanyakan?? Langsung ae kasih tahu klo yang ga ikut dapet nol! SWT...


Aku mulai merasakan semua mata memandangiku... Aku maluuuu, rasanya ingin kuganti wajahku... Bahkan ada yang nyeletuk2, “Ada apa, Jo? Apa masalahnya? What’s wrong??”


Bu Fanny: Jadi gimana? Johansen oke? (Saya mengangguk... Entah kenapa pertanyaan Bu Fanny itu seperti bersuara: Kamu mengerti kan maksud saya!?)

Baik. Tempatnya dimana nanti akan saya umumkan seminggu lagi. Terus cek papan pengumuman, atau nanti tanya Kak Acha (Asdos Bu Fanny)


Seminggu berlalu...


Lebih...


Akhirnya saya tahu dimana tempatnya...


Ternyata diiiii...

SCTV

Satu Untuk Semua!

Wow...


Ada pengumuman tambahan:

-Tour dimulai pukul 05:30, Jadi datengnya lebih pagi dai jam 05:30

-SCTV di Jalan Darmo permai no 3. (So far-far away)

-Ada tugas: Buat laporan, apa saja yang kalian dapat dari kunjungan ke SCTV. Dikumpulkan paling lambat sehari setelah kunjungan, lewat e-mail Bu Fanny. Lalu laporan harus dibuat melalui pandangan orang ketiga.


Great! Sekarang ada tugas yang mepet...


Walhasil, aq bangun jam 4 pagi dan berangkat sama temen...


Hux2... Jam 05:30 tour SCTV, dan jam 07:30 ada kuliah Filsafat Agama... Hari itu saya cukup kelelahan...


Nih tugas yang sungguh melelahkan itu...

Aku lho! Ga ngerti nulis opo...

Nih lo!!!! Dari pandangan orang ketiga!!!!!!!


TUGAS MATA KULIAH

DASAR-DASAR JURNALISTIK

SCTV

A. PEMBUKA

Melalui mata kuliah Dasar-Dasar Jurnalistik, kelompok kelas ilmu komunikasi dari Universitas Kristen Petra angkatan 2008 mendapat kesempatan untuk berkunjung ke gedung SCTV di Jalan Darmo Permai 3. Direncanakan tour akan dimulai pada pukul 05:30 pagi, dan tidak diijinkan terlambat. Akhirnya para mahasiswa dan mahasiswi telah tiba di SCTV pada pukul 05:04 pagi.

Gedung SCTV berdiri di sebidang tanah yang sagat luas dan cukup asri. Belum pukul 05:30, namun para mahasiswa UK Petra telah banyak yang menunggu tour dimulai, akhirnya mereka semua memulai kegiatannya pada pukul 05:27, dimana mereka semua diberi pengarahan, ajaran, pengetahuan, dan pengalaman.


B. SEJARAH SINGKAT SCTV

Tour dimulai dengan para mahasiswa dan mahasiswi dituntun menuju suatu ruangan, dimana mereka semua diberi pengarahan mengenai SCTV. Mula-mula, mereka diberitahu mengenai sejarah SCTV.

SCTV pertama kali didirikan pada tahun 1990, dan itu masih merupakan televisi khusus Surabaya saja. Sejak tahun 1993, barulah SCTV mulai meluas, dari Suabaya, menuju Malang, Jember, Situbondo, Madiun, Madura, dan masih banyak kota-kota lainnya.

Pada tahun 1996 sampai 1997, SCTV mengalami sedikit masalah, hingga akhirnya, terpaksa banyak pekerja SCTV yang di PHK. Namun sejak tahun 2000, SCTV mulai berkembang sedikit demi sedikit, dan pada tahun 2002, SCTV mencoba hidup kembali dengan siaran-siaran lokal.

Pada awalnya, kantor pertama SCTV adalah di Surabaya, jalan Kayoon. Ketika masa-masa SCTV mengalami permasalahan, SCTV banyak menjalin kerjasama dengan Telkom, berkat kerjasama itu, SCTV makin sukses. Disini saya bisa melihat, bahwa koneksi dan kerjasama itu sangatlah penting. Akhirnya berkat kesuksesan itu, pada tahun 2002, SCTV merekrut 24 pekerja baru.


C. BIRO SCTV

Saat SCTV mulai mengudara di Jember, Malang, Situbondo, Madiun, dan Madura, proses penyaluran berita ke pusat SCTV di Surabaya sangatlah panjang, sulit, dan rumit. Pada masa-masa itu, berita yang diperoleh dari kota-kota lain harus direkam ke kaset, dan dikirim ke Surabaya melalui terminal Surabaya.

Namun akhirnya dibentuk biro. Dimana biro ini sangat mempermudah proses penyaluran berita. Sejak ada biro, berita tersalurkan lebih mudah, cepat, dan efisien. Dengan adanya biro, birokrasi-pun dipangkas.


D. NEWS GATHERING

Perlu diketahui, ada 2 cara berita itu tersalurkan dari biro ke SCTV. Yaitu cara streaming dan cara feeding. Streaming merupakan proses penyaluran berita dengan menggunakan komputer dari biro ke SCTV, dan cara ini hanya untuk berita-berita yang tidak real-time atau tidak langsung. Sedangkan feeding, disebut juga dengan Satelite News Gathering, merupakan proses penyaluran berita yang sangat cepat, karena memang dikhususkan untuk acara-acara yang real-time atau live. Proses feeding ini memakai satelit, hasilnya real-time, namun biaya yang dikeluarkan sangatlah mahal. Hanya untuk sebuah informasi real-time sepanjang 10 menit, biaya yang dikeluarkan sudah sebesar 4,5 juta rupiah.

Namun untuk kasus-kasus mendesak, seperti saat para jurnalis dan reporter ada di luar kota, dan ada suatu kejadian penting yang harus cepat disampaikan, seperti kasus kerusuhan di Situbondo baru-baru ini, maka para jurnalis yang mendapat liputan berupa rekaman dengan reporternya, dapat langsung mengirimkan data yang diperoleh melalui warnet-warnet di daerah itu, dan mengirim info tersebut melalui layanan Speedy.


E. RATING

Rating Biro Surabaya, merupakan penentu rating dari acara-acara televisi lokal. Semakin tinggi rating suatu acara, biaya yang harus dikeluarkan untuk para pemasok iklan akan makin mahal, namun juga yang ingin memasukkan iklannya pada acara-acara ber-rating tinggi akan semakin banyak, walalu harganya-pun sangat mahal.

Selama ini, dilihat dari sisi berita, SCTV dan RCTI selalu bersaing ketat. SCTV secara nasional telah meraih 21% dari jumlah keseluruhan pertelevisian di Indonesia untuk berita saja, sedangkan RCTI, yang lokal saja, telah meraih rating 11% dari seluruh pemberitaan Indonesia, itu khusus yang lokal saja. Rating dapat berganti-ganti setiap hari, tergantung penonton. Raing juga dapat dikeluarkan setiap hari, namun untuk lebih menyederhanakan situasi, rating dikueluakan dan diterima satu kali tiap minggu, yaitu pada hari rabu.

Sangat disayangkan, pada negara Indonesia, rating untuk acara sinetron dan berita, harus dimenangkan oleh rating sinetron. Penonton Indonesia seharusnya banyak menonton berita untuk menambah informasi dan pengetahuan mereka.


F. MEMASUKI RUANG SIARAN

Setelah pengarahan dan sesi tanya-jawab, semua mahasiswa dan mahasiswi diijinkan memasuki ruang di balik ruang siaran. Disini tidak boleh berisik, karena suara dapat terekam dan masuk ke televisi.

Mereka semua memasuki ruangan kecil yang ditata dengan cukup profesional, yaitu tata ruang khusus, berdinding biru berbahan kedap suara, berlantai karpet kelabu, yang juga memungkinkan untuk meredam gema suara, dan kaca-kaca untuk melihat langsung si pembawa berita membacakan beritanya.

Ada 4 teknisi yang bekerja di balik layar. 4 orang ini berurusan dengan sound, timing iklan, timing berita, penataan berita, dan komputerisasi berita. Bagian inilah yang merupakan bagian rumit dan memerlukan banyak kecakapan dan keahlian dalam mengerjakannya.

Seorang pembawa berita wanita tampil membawakan berita dengan gayanya yang pro. Ia membawakan berita dengan sangat tegas, cepat, namun tetap dengan lafal yang jelas.

Berita-berita yang dibawakan oleh SCTV lokal ada bervariasi, Beberapa di antaranya membahas mengenai narkoba, korupsi, dan masalah-masalah politik. Selain itu juga ada pundi amal SCTV, dimana SCTV memberikan layanan pengobatan gratis bagi para warga yang tidak mampu, dan pundi amal SCTV ini dibanjiri oleh warga, yang tidak ingin melewatkan layanan kesehatan gratis.


G. REFLEKSI BAGI MAHASISWA DAN MAHASISWI UKP

Kunjungan ke SCTV memang merupakan kunjungan yang singkat. Namun kedatangan para mahasiswa dan mahasiswi UKP ke sana, walau hanya sebentar, cukup membuka mata dan pikiran mereka mengenai bidang broadcast televisi yang akan digeluti oleh sebagian dari mereka. Kini mereka semua jadi tahu, bahwa pertelevisian itu merupakan suatu kegiatan yang cukup rumit, dan apa yang kita semua tonton di televisi, walaupun acara itu tidak menarik bagi kita, itu merupakan suguhan yang telah dipersiapkan dengan rinci, rumit, dan bertahap dari sekelompok orang. Dan usaha itu perlu kita semua hargai.

Pengalaman mereka semua ke SCTV adalah suatu pengalaman yang penting bagi mereka, ternyata walau pada awalnya beberapa dari mereka pesimis kegiatan ini akan berguna bagi mereka, kini terbukti bahwa pemikiran tersebut tidaklah benar, karena tanpa kegiatan ini, mereka semua tidak akan mengetahui dengan pasti dan tidak akan dapat melihat, seperti apakah kesibukan orang-orang di suatu organisasi televisi itu. Kini kita dapat yakin, bahwa kegiatan ini juga akan bermanfaat bagi masa depan para mahasiswa dan mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Petra, dan tidak mungkin dapat dilupakan kalau mereka semua pernah bersama-sama studi ke luar universitas, menuju ke gedung SCTV.

---***---


Apa ini????

Sejujurnya... kunjungan ke SCTV itu sangat melelahkan, dan tidak terlalu mengesankan.

Dan sudah jauh2 aku kesana, kok bisa2nya aku nggak foto2!?? Kan mayan bisa buat tugas, bisa buat bukti klo aq pernah ke SCTV... Apa gunanya bawa2 HP ber-kamera klo ga dipake...

Seharusnya aku tidak mengeluh... Tapi, terlanjur.

Bete, bete ah!


Hehehehehehehehe, tapi ya lumayan lah, paling ga aq belajar tentang SCTV, walau ga banyak2 amat...


Siapa tahu di masa depan nanti aku kerja di SCTV...


Wow!

1 comment:

  1. amin2.. kerja d SCTV y (bersihin kaca, hihihi).. joke2
    jd pembawa brita duong ^^

    mangkanya mas, klo angkat tangan at least ngajak 2 ato 3 orang
    =P

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar, jangan malu-malu...