Dunia internet merupakan dunia baru yang diciptakan oleh manusia. Dalam dunia internet, tercipta banyak komunitas yang tiap-tiap komunitasnya memiliki suatu ketertarikan terhadap suatu fenomena, contohnya komunitas pecinta batik, komunitas pemilik hobi yang sama, komunitas penggemar artis A atau B, dan lain sebagainya.
Terciptanya komunitas internet disebabkan karena adanya kecepatan penyampaian pesan yang sangat mengagumkan jika disalurkan melalui dunia maya. “The illusion of getting away with something was entirely based on the fact that data transmission times have dropped so that only 2 / 3rds of second, for example, to send an e-mail message from the US to Antartica. Moreover, the internet breaks up even such super-fast messages transmitting them with scant regard to the time / distance cost structures of traditional telephone use” (Winston and Walton 1996: 82).
Namun dengan kecepatan penyampaian pesan yang bisa dicapai internet, ada harga yang harus dibayar oleh para penggunanya, “But, however fast and however efficient the routing, this is still not ‘free’. The telephonic infrastructure is being paid for by users, but minimally. That these costs become largely invisible is because the internet itself is a very efficient user (and, indeed, abuser) of the infrastructure. To believe that the internet is, in fact, free is exactly the same as believing that commercial television is ‘free to air’. It is an example of what once was called false consciousness.” (Disarikan melalui Media Technology and Society. A History: From the telegraph to the internet (1998), karya Brian Winston, halaman 334).
Jika biaya hanya ditanggung oleh 1 user, maka biaya yang harus dikeluarkan tentu tidak murah. Namun karena pengguna internet tidak lagi mempermasalahkan biaya yang harus dikeluarkan, akhirnya penggunanya-pun semakin hari semakin banyak. Dengan banyaknya pengguna internet masa kini, biaya yang harus dikeluarkan jadi tidak lagi terasa berat karena harus ditanggung berjuta-juta user. Fenomena inilah yang membuat banyak orang menggunakan internet dan tergabung dalam suatu komunitas yang dikenal dengan sebutan Cyber Community.
Menurut Wikipedia, komunitas sendiri memiliki arti sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Penggabungan pengertian ini dengan internet menghasilkan suatu komunitas yang tiap-tiap anggotanya tidak harus bertemu secara langsung, melainkan dapat saling berinteraksi lewat internet.
Dalam cyber community, ada banyak orang yang memiliki keterarikan yang sama terhadap suatu hal, contohnya komunitas penyuka masakan tertentu, komunitas penyuka lagu jazz, komunitas pendukung kelompok politik tertentu, dan lain sebagainya. Dalam dunia internet, orang-orang ini menjalankan perannya sebagai user. Mereka berkata-kata dan berperan sesuai imej yang mereka ciptakan. Apa yang mereka lakukan dan pikirkan dalam dunia nyata, tidak selalu sama dengan apa yang mereka perlihatkan saat mereka berinteraksi dalam dunia internet. Hal ini sangat menarik dan saya ingin mencoba membedahnya menggunakan perspektif Sosiologi Interaksionisme Simbolik.
Interaksionisme Simbolik
Perspektif sosiologi interaksionisme simbolik adalah teori yang dinyatakan oleh George Herbert Mead. Teori ini memeriksa bagaimana budaya dan pola-pola sosial dikembangkan melalui interaksi sosial. Setelah saya membaca ini, saya mencoba menemukan apa arti dari “dikembangkan”? Menurut pendapat saya, interaksionisme simbolik menyatakan bagaimana akan ada suatu perubahan pada cara berinteraksi seseorang jika orang tersebut berada dalam suatu pola sosial yang baru dan dipengaruhi oleh kebudayaan tertentu. Jadi saya menarik kesimpulan, “dikembangkan” dalam hal ini adalah suatu perubahan cara berinteraksi.
Teori interaksionisme simbolik memiliki percabangan ilmu yang dikenal sebagai perspektif dramaturgikal. Dramaturgikal adalah sebuah paradigma dari interaksionisme simbolik yang secara khusus dikembangkan oleh Erving Goffman. Paradigma ini melihat kehidupan sebagai sebuah drama. Jadi apa yang ada dalam interaksi sosial sehari-hari, itu semua dipercaya sebagai sebuah sandiwara.
Mengetahui tentang interaksionisme simbolik secara teoritis, saya tergoda untuk melihat status-status teman saya yang ada di facebook. Memang terkadang apa yang ditulis dalam status seseorang, seperti bukan ditulis oleh orang tersebut. Jujur seringkali ketika saya membaca status tertentu, saya tidak bisa membayangkan orang tersebut mengatakan hal yang sama dalam kehidupan nyata. Namun mengapa berani mengungkapkan hal-hal yang “bukan dirinya” lewat komunitas facebook?
Fenomena Interaksionisme Simbolik Dalam Cyber Community
John Pavlik dan Shawn McIntosh menyatakan dalam bukunya, Converging Media: An Introduction to Mass Communication, “With the new distribution capabilities of the internet, any member of the public can communicate directly with thousands and even millions of other. No longer as a traditional mass communication media channel. Cyber community have sprung up in which people are not bound by geography, but by common interests, religious beliefs, ethnic origins, and other characteristics” (Pavlik and McIntosh 2004: 295). Komunitas ini hanya muncul secara online, dan dalam konteks komunitas “virtual” yang tidak terpaku pada lokasi lokal yang spesifik dan waktu tertentu untuk “bertemu” dan berkomunikasi antar yang satu dengan yang lain.
Orang-orang banyak yang terlibat dalam cyber community untuk “bertemu” dan mediskusikan ide-ide, beropini, menggoda, belajar, dihibur, atau berdebat mengenai sesuatu hal. Karena tingginya tingkat pertemuan dan interaksi mereka, serta fakta bahwa orang-orang dalam cyber community berbicara sebagai teman (bukan pendengar pasif yang hanya menerima informasi), maka tidak heran apabila cyber community menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dimiliki, bahkan dapat membuat ketagihan.
Saya sendiri pernah memiliki sebuah cyber community, dimana dalam komunitas tersebut, kami semua memiliki idola yang sama. Kami sering berdiskusi mengenai idola saya tersebut dalam forum-forum yang selalu ramai dikunjungi orang. Tentu saya sangat menikmati berada dalam komunitas itu, Selain topik yang dibicarakan adalah hal yang sangat menarik hati saya, orang-orang yang ada dalam komunitas itu sangat bersemangat dan membuat ketertarikan saya terhadap sang idola menjadi lebih besar. Sejak saya tergabung dalam komunitas tersebut, saya dapat mengakses segala informasi mengenai sang idola setiap saat, bahkan jam 3 pagi saat saya tidak bisa tidur. Inilah yang menyebabkan cyber community membuat ketagihan. Semua orang di dalamnya bersemangat membicarakan sesuatu yang kita anggap seru, dan adanya sifat fleksibel dimana kita dapat mengaksesnya kapan saja dan dimana saja.
Dengan adanya pengalaman itu, saya jadi menyadari: ketika saya berada dalam komunitas tersebut, saya bukanlah diri saya yang sebenarnya. Saya berubah menjadi orang lain yang ingin bisa disukai oleh semua orang sesama anggota cyber community. Saya berusaha tertarik pada setiap topik forum, saya selalu tampak bersemangat, dan saya ikut marah apabila ada pembenci idola saya yang ikut berkomentar dalam forum tersebut. Padahal ketika saya coba bayangkan dalam kehidupan nyata, saya tidak akan terlalu ambil pusing jika ada orang yang tidak menyukai idola saya.
Melalui fenomena ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam setiap cyber community, selalu akan ada simbol-simbol komunikasi yang berbeda dengan penerapan di dunia nyata. Orang yang pendiam bisa jadi menjadi orang yang pemarah dalam cyber community, begitu juga sebaliknya. Teori interaksionisme simbolik menyatakan bagaimana akan ada suatu perubahan pada cara berinteraksi seseorang jika orang tersebut berada dalam suatu pola sosial yang baru dan dipengaruhi oleh kebudayaan tertentu, Saya pernah menemukan dan mempraktekannya dalam sebuah cyber community. Bagaimana dengan anda?
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
ReplyDelete-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE